Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, negosiasi Indonesia dan Jepang membahas kelanjutan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dijadwalkan 5 November 2010. Namun, sampai saat ini, Presiden belum menetapkan secara resmi ketua negosiator dari Indonesia.
Dikutip dari detik.com, pada Juni 2010, Presiden SBY telah meminta MS Hidayat secara lisan sebagai ketua negosiator Indonesia. Namun Keputusan Presiden mengenai penunjukan dirinya, hingga kini belum keluar. Hidayat mengaku, membuka diri agar ada calon lain sebagai ketua negosiator Indonesia.
Hidayat mengusulkan agar Menteri BUMN atau Menteri Keuangan, dipertimbangkan menjadi ketua negosiator soal Inalum. Usulan itu disampaikan melalui Menko Perekonomian Hatta Rajasa.
PT Inalum merupakan perusahaan patungan Indonesia dengan Jepang yang bergerak dalam industri aluminium. Pemerintah Indonesia menguasai 41,13% saham di perusahaan itu, sisanya sebesar 58,87% dikuasai Jepang.
PT Inalum merupakan satu-satunya perusahaan lokal, yang bergerak di sektor produksi aluminium. Kapasitas produksi perusahaan ini berkisar 230.000-240.000 ton per tahun. Selama ini, hasil produksi Inalum sebagian besar dikirim ke Jepang. Ironinya, Indonesia harus mengimpor alumunium dari negara lain, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Perusahaan ini akan habis masa kerjasamanya pada 2013. Negosiasi dengan Jepang nanti, akan menentukan kelanjutan PT Inalum. Sejumlah pihak menginginkan agar pemerintah Indonesia mengambil alih seluruh saham perusahaan tersebut.
Sementara itu, Ekonom Dr. Hendri Saparini, pada diskusi Medan First Channel Trijaya FM Medan, mengaku pesimis PT Inalum ini akan menjadi milik Indonesia. Alasannya, pemerintah tidak memiliki rencana strategis dalam industri proyek industri tambang. Terbukti, Indonesia telah membuat UU Investasi yang mengizinkan asing menguasai tambang Indonesia selama 95 tahun.(MH/dc-MFC)
*) Simak Bulettin Trijaya, Senin hingga Jumat jam 21.00 wib di 95,1 Trijaya FM Medan
No comments:
Post a Comment